Minggu, 17 Juni 2012

Review: TraveLove

TraveLove merupakan buku non-fiksi yang ditulis keroyokan oleh para travel writer. TraveLove berisi cerita para traveler dan cintanya, sesuai dengan nama bukunya yang merupakan gabungan kata travel dan love. Beberapa nama yang telah akrab terdengar di telinga saya seperti Trinity dan Claudia Kaunang ikut menulis di buku ini. Selain mereka berdua, ada pula Andrei Budiman, Ariyanto, Lalu Abdul Fatah, Rei Nina, Rini Raharjanti, Salman Faridi, dan Sari Musdar.


Sinopsis: (berdasarkan sinopsis yang ada di bagian belakang buku)
Ternyata, traveler tangguh pun tunduk pada cinta. Trinity misalnya, terpaksa menemani orang yang dicintainya ke Bromo, padahal malas setengah mati. Claudia Kaunang, Andrei Budiman, Rini Raharjanti, Sari Musdar, dkk. pun pernah tunduk pada cinta, dengan kisah berbeda-beda.

TraveLove adalah kisah-kisah traveling berbalut cinta, ditulis oleh para traveler dengan segala kejujurannya. Buku ini akan membuat pembaca bisa menemukan sisi lain para traveler. Jadi, jangan kaget kalau ternyata mereka punya sisi melankolis.


Tak hanya disuguhi kisah sedih, romantis, dan mengharukan, pembaca juga akan diajak jalan-jalan keliling dunia lewat buku ini. Menikmati indahnya Lombok, Laos, Jepang, hingga Eropa dengan bumbu kisah cinta tak biasa.



Review:
Sesuai dengan tulisan di belakang buku TraveLove, saya diajak untuk melihat sisi lain dari seorang traveler yang selama ini kita kenal dari bukunya atau akun twitternya. Cinta memang bisa menggerakan semuanya dan memberikan kekuatan penggerak tambahan, entah itu untuk para traveler yang berpergian karena ingin melupakan seseorang, karena ingin menemani orang tercinta berlibur (meskipun gak suka dengan tujuan berliburnya), atau yang menemukan cintanya ketika berpergian. Kisah-kisah ini dapat kita temukan dalam buku TraveLove.


Buku TraveLove ini memang berfokus pada kisah cinta yang mengiringi suatu perjalanan, jadi jangan harap ada cerita tentang tempat-tempat yang mereka datangi saat traveling dengan detail.


Saya pun begitu menikmati kisah-kisah cinta dalam buku ini. Setiap traveler memiliki kisahnya dan gaya penuturannya masing-masing, kesemuanya menarik untuk diikuti. Kisah favorit saya adalah Perjalanan ke Surga yang ditulis oleh Trinity. Trinity berhasil membuat saya larut dalam kisahnya, saya sampai menitikkan air mata ketika membacanya.


Keunggulan TraveLove menurut saya ada pada diksi atau pilihan kata yang digunakan oleh penulis. Saya banyak menemukan kata baru yang ekspresif dalam TraveLove, saya pun makin terbawa oleh suasana yang digambarkan penulis dan asyik mengikuti kisah-kisah dalam buku. Selain itu, saya jadi menyadari ternyata walaupun kisah yang diceritakan adalah kisah non-fiksi atau kisah nyata yang benar-benar terjadi tetapi alur cerita tetap memegang peranan penting. Misalnya saja ada beberapa kisah yang alurnya kurang enak untuk disimak, gak mengantarkan pembaca untuk mencapai klimaks dalam cerita. Dan ada juga kisah yang alurnya sangat asyik untuk diikuti dan dapat mengantarkan pembaca untuk mencapai klimaks cerita.


Overall, buku TraveLove ini sangat menarik untuk dibaca. Saya kasih rate 3 of 5 stars deh :p

Senin, 11 Juni 2012

Book Signing With Dewi Lestari :)





With alien at the book signing. Is he a reptoid?

I'm nervous, Teh Dee is sitting beside me :">



With Partikel, can't wait to finish read it :")

Finally I met my favorite writer, Dewi Lestari, at Gramedia Botani Square on book signing event. I'm so nervous and speechless, I barely can say a word to her except "Thank you..."

I hope I can meet her again someday and having a real conversation about books, life, and everything :)

Jumat, 01 Juni 2012

Buku = Sahabat

Saya selalu menganggap buku sebagai sahabat. Ketika baru pertama mulai membaca saya anggap saya sedang berkenalan dengan seorang sahabat, mengenali wajahnya dan mulai menempel namanya di otak *maklum pelupa hehe. Lama-lama saya terbuai dengan isi buku yang saya baca, saya menganggap kami sedang berjalan bersama dan saya sedang mendengarkannya bercerita. Buku yang bagus membuat saya menjadi sahabat dan pendengar yang baik. Membuat saya terpikat dengan ceritanya, lalu terbenam ke dalam dunianya. Buku yang bagus membuat saya merasa berat ketika mengucapkan perpisahan. Seperti ketika saya membaca buku Supernova: Petir minggu ini. Saya menunda membaca beberapa halaman terakhir, rasanya sangat berat. Seperti kehilangan sahabat, ya Elektra telah membagi kisahnya pada saya minggu ini. 


Pagi itu di stasiun saat angin dingin lembut mengelus wajah saya, saya putuskan untuk berpisah dengannya. Saya yakin saya akan dapat sahabat baru di akhir minggu ini dan saya tak akan melupakan Elektra dan kisahnya. Ya, saya akan membaginya denganmu...


Pagi itu saya tersenyum sambil membaca halaman terakhir Supernova: Petir yang ditulis oleh Dewi Lestari. Dua halaman terakhir menjanjikan harapan... sebuah pertemuan antara tiga tokoh Supernova. I get excited :)